Pulau Jawa memiliki banyak sekali budaya, mulai dari kuliner sampai budaya yang tidak dapat dikonsumsi seperti tarian. Salah satu provinsi di Pulau Jawa yang dikenal dengan keragaman budayanya adalah Provinsi Jawa Timur, misalnya dari segi kesenian dan tariannya yang amat beragam.
Tarian adat Jawa Timur yang sangat terkenal salah satunya adalah Reog Ponorogo. Namun, selain Reog, Jawa Timur masih memiliki beragam tarian lain yang dapat dipelajari. Berikut ini beberapa tarian tradisional dari Jawa Timur:
-
Reog Ponorogo
Kesenian Reog yang berasal dari daerah Ponorogo di Jawa Timur merupakan salah satu kesenian yang sudah sangat terkenal, bahkan sampai ke kancah internasional. Kesenian yang satu ini sangat menonjol karena dalam pementasannya ada penari yang memerankan Singa Barong,
Kesenian ini awalnya bernama Barongan yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam yang asalnya dari Bali. Oleh karena itulah kesenian Reog ini mirip dengan kesenian Barong yang ada di Bali.
Kesenian ini muncul pada tahun 1920 dan sempat dilarang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang karena dianggap merugikan dan dapat memobilisasi massa.
Untuk memerankan Singa Barong, seorang penari reog harus mampu membawa caplokan atau kepala singa yang beratnya mencapai puluhan kilogram dengan cara menggigitnya. Caplokan ini dihiasi dadak merak sehingga wajar saja jika beratnya mencapai puluhan kilogram.
Selain harus mampu menggunakan caplokan, pemeran Singa Barong juga harus mampu membawa seorang manusia di pundaknya. Oleh karena itulah kesenian ini sangat kental dengan hal-hal mistis serta ilmu kebatinan.
Dalam pementasannya, ada tarian pembuka sebelum Singa Barong muncul, yaitu sekitar 2 – 3 tarian pembuka. Tarian pembuka yang pertama adalah tarian yang dipentaskan oleh 6 – 8 penari berpakaian hitam yang melambangkan sosok singa.
Tarian berikutnya adalah Tari Jaran Kepang dan Tari Bujang Ganong dengan Singa Barong sebagai puncaknya.
Reog Ponorogo menceritakan tentang perang antara Kerajaan Kediri dan Ponorogo di mana Raja kediri, yaitu Singabarong tidak merestuni Dewi Ragil Kuning yang merupakan putrinya untuk dilamar oleh Raja Ponorogo, yaitu Klono Sewandono.
-
Tari Gandrung
Berasal dari Banyuwangi, Tari Gandrung merupakan tari tradisional yang telah dijadikan ikon serta maskot Kota Banyuwangi sejak bulan Desember 2000. Sebagai maskot dan ikon, tari ini menyebabkan Kota Banyuwangi mendapat julukan Kota Gandrung.
Tujuan dilakukannya tarian ini adalah sebagai bentuk rasa syukur setiap habis panen yang umumnya digelar oleh masyarakat Osing di Banyuwangi. Tari Gandrung dipentaskan oleh para wanita dengan busana tradisional di mana nantinya penari wanita ini menari bersama dengan tamu laki-laki atau Pemaju.
Walau saat ini Tari Gandrung dipentaskan oleh penari perempuan, awalnya tarian ini dipentaskan oleh laki-laki yang didandani seperti perempuan. Namun, karena penari laki-laki lambat laun kehilangan minat untuk mementaskan tarian ini, penari perempuanlah yang kemudian mengambil alih.
Penari Gandrung menggunakan kostum tradisional dengan aksesoris yang menyerupai mahkota. Hiasan kepala yang disebut omprok tersebut terbuat dari kulit kerbau yang diberi ornamen warna merah dan emas. Selain itu, ada juga ornamen tokoh Antasena, yaitu putra Bima yang berkepala manusia raksasa dan berbadan ular.
Sebagai ikon Kota Banyuwangi, tarian ini dipentaskan dalam festival tarian tiap tahun yang disebut Gandrung Sewu. Pada festival tersebut, penari yang terlibat dapat mencapai 1.200 penari yang berasal dari berbagai kalangan usia.
-
Tari Remo
Tari Remo atau Tari Remong adalah tarian tradisional dari Jawa Timur yang tujuannya adalah untuk menyambut tamu. Tarian ini memiliki nama lain, yaitu Tari Ludruk karena awalnya merupakan tari pembukaan yang ditampilkan pada kesenian Ludruk. Penari yang dilibatkan dalam pertunjukkan tari ini bisa satu maupun banyak penari sekaligus.
Meski fungsinya untuk menyambut tamu, tarian ini rupanya bertema keprajuritan. Karena temanya itulah gerakan yang ditampilkan pada tarian ini sigap, cepat, keras, dan penari juga harus berekspresi tegas.
Sebagai tarian yang bertema keprajuritan, tarian ini awalnya menggunakan penari laki-laki. Namun, dalam perkembangannya, ada juga yang dibawakan oleh penari perempuan yang kemudian disebut Tari Remo Putri.
-
Tari Grebeg Wiratama
Tari Grebeg Wiratama berasal dari daerah Malang. Tarian ini menggambarkan jiwa prajurit yang akan berangkat ke peperangan. Oleh karena itulah gerakan yang ditampilkan dalam tari ini sangat tegas dan maskulin. Selain menggambarkan prajurit yang akan berperang, tarian ini juga menggambarkan sisi humoris manusia.
-
Tari Topeng Malang
Tari Topeng Malang atau Wayang Topeng Malangan termasuk kesenian khas Jawa Timur yang usianya sudah sangat tua. Kesenian yang telah ada sejak abad ke-8 M ini termasuk dalam 8 kesenian Jawa Timur dalam daftar penetapan Warisan Budaya Takbenda Nasional oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tari Topeng Malangan ini dibuka dengan Tari Beskalan Lanang atau Tari Topeng Bangtih. Berikutnya, disusul Jejer Jawa, Perang Gagal, Adengan Gunungsari-Patrajaya, Jejer Sabrang, Perang Brubuh, dan Bubaran. Semua itu dipentaskan secara berturut-turut. Oleh karena itulah Tari Topeng Malangan biasa menggunakan lakon Panji.
Meski cerita yang ditampilkan pada Tari Topeng Malangan berupa cerita Panji dari tanah Jawa periode klasik, tarian khas Malang ini juga dikembangkan dengan cerita humor dan kehidupan sosial.
Dibandingkan dengan topeng dari daerah lain, topeng Malangan memiliki kombinasi warna yang unik, yaitu menggunakan warna dasar hitam, putih, merah, kuning, dan hijau. Masing-masing warna tersebut dijadikan sebagai simbol keberanian, kebijaksanaan, kebahagiaan, dan keberanian.
-
Bantengan
Kesenian Bantengan menghadirkan topeng banteng sebagai tokoh sentral. Untuk memerankan tokoh ini, dibutuhkan penari yang berperan sebagai kepala banteng dan pemegang kaki depan, serta satu orang sebagai kaki belakang dan ekornya. Penari yang mengontrol tarian adalah penari yang memegang kepala banteng.
Kesenian Bantengan ini berkembang di wilayah Mojokerto dan Malang Raya dan sudah ada sejak masa Kerajaan Kanjuruhan. Dalam pertunjukkannya, kesenian Bantengan tidak hanya mengandung unsur sendra tari, tetapi juga mengandung musik, olah kanuragan, serta syair atau mantra yang sangat kental dengan nuansa magis.
-
Tari Muang Sangkal
Tari Muang Sangkal merupakan tarian tradisional yang dipentaskan untuk buang sial atau mengusir malapetaka. Asal nama tarian ini berasal dari bahasa Madura, yaitu dari kata muang yang berarti membuang dan sangkal yang berarti kesialan.
Tarian ini muncul pertama kali pada tahun 1972 di Sumenep, kemudian terus berkembang sejak saat itu. Tari Muang Sangkal ini diciptakan oleh Bapak Taufikurrachman yang kemudian dijadikan ikon seni tari di Madura.
Tidak hanya sering menorehkan prestasi dalam lingkup nasional, tari ini juga sering ditampilkan di kancah internasional.
-
Tari Seblang
Jika Tari Gandrung dilaksanakan terutama oleh Suku Osing di kawasan Banyuwangi sebagai bentuk syukur atas panen, Tari Seblang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Tarian ini dipentaskan sebagai bagian dari upacara adat yang berupa Ritual Bersih Desa Suku Osing di Banyuwangi.
Tarian yang berasal dari Desa Olehsari dan Desa Bakungan kecamatan Glagah ini termasuk tarian tradisional yang sakral di mana dalam pelaksanaannya, penari Tari Seblang ini dalam keadaan tidak sadarkan diri atau kerasukan.
Penari yang dapat mementaskan tarian ini juga tidak boleh sembarangan, tetapi harus dilakukan oleh penari yang memiliki darah keturunan penari Seblang. Tarian ini dilakukan oleh anak perempuan yang kisaran usianya 10 tahun hingga remaja.
-
Tari Beskalan
Tari Beskalan adalah satu satu dari banyaknya kesenian khas Kabupaten Malang. Tarian ini awalnya digunakan untuk ritual kesuburan tanah atau ritus tanah. namun, dalam perkembangannya, Tari Beskalan kini bergeser tujuan dan maksudnya, yaitu untuk menyambut tamu yang datang.
Gerakan pada tarian ini dinamis, lincah dan feminin. Ini karena Tari Beskalan ini menggambarkan pencitraan seorang perempuan. Meski begitu, di masa lalu tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki yang menggunakan kostum perempuan.
Ini mirip dengan tari lengger yang berkembang di kawasan Banyumas, Jawa Tengah. Bedanya, tari Lengger Banyumasan masih mempertahankan karakteristik tersebut.
Sebagai salah satu tarian tradisional, Tari Beskalan menggunakan iringan musik tradisional yang berasal dari alat musik sederhana seperti jidor, kendang, dan lainnya. Meski begitu, Tari Beskalan masa kini lebih umum menggunakan iringan gamelan Jawa laras slendro, yaitu iringan gamelan yang menjadi ciri khas kesenian Jawa Timur.
Tari ini berkembang pesat seiring dengan pesatnya perkembangan kesenian Ludruk pada tahun 1930-an.
-
Tari Glipang
Tari Glipang yang juga disebut Tari Kiprah Glipang merupakan tarian tradisional yang berkembang di Lumajang dan Probolinggo. Tarian ini menceritakan tentang kegagahan kesatria yang sedang latihan di mana Tari Glipang ini menunjukkan ketidakpuasan rakyat terhadap Belanda.
Tarian ini memiliki ciri khas, yaitu termasuk tarian oleh napas. Tari Glipang merupakan perpaduan antara seni Rudat, Pencak Silat, Samman dan Hardrah. Oleh karena itulah Tari Glipang ini dikatakan sebagai asal dari kesenian Terbang Gending.
-
Tari Jaran Kepang
Tarian ini termasuk tarian rakyat yang banyak dikenal oleh masyarakat baik di Jawa Timur maupun di Jawa Tengah. Jika di Jawa Timur disebut Jaran Kepang, di Jawa Tengah disebut Jathilan. Di Jawa Timur, tarian ini menggunakan properti kuda-kudaaan yang dibuat dari anyaman bambu yang dijalin menyilang. Istilah Jawanya adalah ngepang.
Sebagai tarian tradisional yang dikenal luas, Tari Jaran Kepang yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur bagian timur, yaitu Surabaya, Lumajang, Malang, sampai Situbondo cenderung menggambarkan kisahraja-raja kecil yang saling memperebutkan pengaruh untuk memperluas wilayah.
Contohnya adalah kisah peperangan Turyanpadha (sekarang Turen – Malang) dengan Tuksari (sekarang Sumbersari – Malang), serta pemberontakan oleh warga Malang, Surabaya, Pasuruan, dan Lumajang melawan Sultan Agung dari Mataram.
Tarian yang menggunakan seluruh anggota tubuh ini harus dipentaskan dengan irama yang kuat dan dinamis. Oleh karena itulah penari Jaran Kepang ini butuh tenaga yang banyak.
Di samping beberapa tarian adat Jawa Timur yang telah disebutkan, masih ada lagi tarian tradisional yang lain.
Berbagai info tentang tarian dan budaya Jawa Timur ini dapat diakses di https://www.quinbatik.com/ di mana website https://www.quinbatik.com/ ini menyediakan beragam informasi tentang kebudayaan serta berbagai referensi pendidikan lainnya.